Di Yogyakarta, seniman dan budayawan Butet Kertaredjasa mengungkapkan keprihatinannya terhadap meningkatnya kasus keracunan makanan yang terjadi akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) kepada Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X. Dalam acara Forum Sambung Rasa Kebangsaan, Butet menyoroti dampak negatif yang ditimbulkan oleh program tersebut.
Forum yang digelar di Gedung Sasono Hinggil Dwi Abad tersebut juga dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk mantan Menko Polkam Mahfud MD dan mantan Wakapolri Ahmad Dofiri. Butet mengungkapkan bahwa keracunan massal di kalangan siswa baru muncul setelah program MBG diluncurkan.
Butet menekankan pentingnya untuk tidak menganggap masalah keracunan yang melibatkan para siswa sebagai hal yang biasa. Dia sangat khawatir akan situasi yang semakin jauh dari nilai-nilai etika dan moral yang seharusnya dijunjung tinggi dalam masyarakat.
Menghadapi Krisis Kesehatan Masyarakat yang Meningkat
Butet mencatat bahwa kasus keracunan makanan di sekolah tidak pernah terjadi sebelumnya dengan skala yang besar seperti ini. Ia menegaskan bahwa kejadian keracunan yang melibatkan ratusan siswa harus menjadi bahan evaluasi serius, bukan hal yang bisa diabaikan atau dianggap remeh.
Ia menyoroti bahwa program MBG, yang berfokus pada penyediaan makanan bergizi, justru menjadi penyebab utama terjadinya keracunan masal. “Kami tidak bisa melihat ribuan orang keracunan sebagai hal yang biasa. Ini bukan hanya masalah kesehatan, tetapi menyangkut keamanan dan kepercayaan masyarakat,” ucap Butet.
Sebagai seorang seniman yang peduli, Butet ingin mengingatkan bahwa perubahan yang positif harus didorong oleh kritik yang konstruktif. Menurutnya, kritik adalah bagian dari kesadaran kolektif yang harus dibangun untuk masyarakat yang lebih baik.
Pentingnya Mempertahankan Etika dalam Kepemimpinan
Butet tidak hanya berbicara mengenai dampak langsung dari keracunan makanan, tetapi juga menyoroti hilangnya etika dalam pemerintahan. Ia mencatat bahwa beberapa pemimpin sering melakukan janji kosong, menciptakan kekecewaan di kalangan masyarakat.
Dalam pernyataannya, Butet menunjukkan kekesalan terhadap apa yang ia sebut sebagai “model kepemimpinan yang ambyar.” Menurutnya, pemimpin seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat, namun saat ini tokoh yang patut dicontoh semakin sulit ditemukan.
Ia menyampaikan pesan dari KH. Ahmad Dahlan bahwa kita perlu membiasakan untuk menilai yang benar, bukan membenarkan yang biasa. “Ini adalah saatnya untuk melakukan introspeksi, apa yang kita anggap biasa harus kita kritik,” lanjutnya.
Kondisi Terkini Kasus Keracunan di DIY dan Upaya Penanggulangannya
Kejadian keracunan akibat program MBG telah terbukti mengkhawatirkan. Di DIY, terdapat beberapa kasus keracunan yang melibatkan ratusan siswa, suatu situasi yang harus dihadapi dengan serius. Salah satu insiden besar terjadi di SMAN 1 Yogyakarta dan SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta, dengan total 491 orang korban.
Kasus terbaru yang terjadi pada 24 Oktober melibatkan sekitar 215 siswa dari tiga sekolah di Kabupaten Sleman. Kondisi ini menunjukkan bahwa masalah keracunan makanan bukannya mereda, justru semakin meluas di kalangan pelajar.
Di tengah maraknya kasus tersebut, Sultan Hamengku Buwono X menyarankan pemangkasan porsi produksi MBG untuk mengantisipasi kualitas pangan. Beberapa porsi diharapkan dibagi ke dalam sub-unit dapur untuk proses pengolahan yang lebih baik.
Solusi dan Harapan untuk Masyarakat ke Depan
Sultan berpendapat bahwa pengaturan porsi di setiap unit dapur dapat mengurangi risiko keracunan. Dia mengingatkan pentingnya pemahaman dalam pengelolaan bahan makanan agar terjaga kualitasnya. Hal ini untuk memastikan ketersediaan makanan segar dan aman bagi siswa.
Ia juga menyoroti bahwa pekerja di dapur SPPG tidak selalu merupakan profesional di bidang gizi. Ini penting untuk diperhatikan guna memastikan bahwa makanan yang disajikan tidak hanya aman, tetapi juga berkualitas.
Di akhir pembicaraannya, Sultan menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. Diperlukan kerja sama untuk meningkatkan kesadaran tentang isu kesehatan dan kualitas pangan. Dengan langkah-langkah yang tepat, harapannya adalah agar kejadian keracunan massal dapat diminimalisir di masa mendatang.
