Di tengah tantangan demografis yang semakin mengkhawatirkan, sebuah langkah berani diambil oleh Booyoung Group, sebuah perusahaan konstruksi terkemuka di Korea Selatan. Dengan memberikan insentif finansial sebesar 100 juta won atau sekitar Rp 1,2 miliar untuk setiap karyawan yang memiliki bayi, mereka bertujuan untuk meningkatkan angka kelahiran yang terus menurun di negara tersebut.
Pendirinya, Lee Joong-keun, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi menurun ini. Ia menyatakan bahwa jika angka kelahiran tidak meningkat, Korea Selatan bisa menghadapi krisis eksistensi yang akan berdampak pada tenaga kerja dan keamanan nasional.
“Rendahnya angka kelahiran disebabkan oleh beban finansial dan kesulitan dalam menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga,” jelas Lee, menekankan bahwa perusahaan harus bertindak untuk memperbaiki keadaan ini.
Strategi Booyoung Group untuk Mendorong Kelahiran
Untuk menanggapi penurunan angka kelahiran, Booyoung Group telah merumuskan beberapa inisiatif yang mendukung karyawan dengan anak. Salah satu program yang menarik adalah pilihan yang diberikan kepada karyawan yang memiliki tiga anak, untuk menerima bantuan tunai atau bantuan perumahan.
Lee menyebutkan bahwa untuk karyawan yang memiliki tiga anak atau lebih, jika pemerintah memberikan lahan, mereka bisa memilih antara menerima 300 juta won atau bantuan sewa rumah. Langkah ini diharapkan dapat meringankan beban karyawan yang mengalami kesulitan finansial dalam membesarkan anak.
Tunjangan ini tidak hanya berlaku bagi karyawan wanita saja tetapi juga pria, menunjukkan komitmen perusahaan untuk mendukung kedua orang tua dalam peran mereka. Tindakan ini menjadi salah satu contoh nyata bagaimana perusahaan dapat berkontribusi dalam masalah sosial yang lebih besar.
Inisiatif Tambahan untuk Membantu Karyawan
Booyoung Group juga mengambil langkah lebih jauh dengan menawarkan bantuan dalam biaya pendidikan anak-anak karyawan. Selain itu, perusahaan turut menanggung biaya pengobatan untuk anggota keluarga inti sebagai bagian dari dukungan bagi karyawan.
Lee menyoroti pentingnya memberikan tunjangan yang tidak berfokus pada jenis kelamin karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan terhadap keluarga adalah salah satu prioritas utama perusahaan dalam menciptakan lingkungan kerja yang baik.
Lebih penting lagi, Lee menyerukan kepada pemerintah untuk menerapkan kebijakan pengurangan pajak yang dapat mempermudah perusahaan dalam memberikan insentif kepada karyawan. Usulan ini diharapkan dapat membuat lebih banyak perusahaan terangkat untuk mengambil langkah serupa.
Kondisi Demografis dan Kebijakan Pemerintah di Korea Selatan
Pemerintah Korea Selatan telah berusaha keras untuk meningkatkan angka kelahiran dengan berbagai program insentif. Antara lain, mereka memberikan subsidi perumahan bagi pasangan yang baru menikah dan mengenalkan tunjangan bayi untuk setiap kelahiran baru.
Walaupun demikian, semua upaya tersebut dinilai masih belum cukup untuk mendorong lebih banyak warga agar bersedia memiliki anak. Tingkat kesuburan di Korea Selatan berada dalam angka yang mencemaskan, yaitu 0,78 bayi per wanita pada tahun 2022, dan diperkirakan akan turun ke 0,65 pada tahun 2025.
Pakar demografi berpendapat bahwa agar suatu negara dapat menjaga populasi yang stabil tanpa imigrasi, tingkat kelahiran harus mencapai 2,1. Kondisi ini semakin mendesak untuk ditangani, agar generasi mendatang tidak mengalami kekurangan dan dampak jangka panjang yang merugikan.