Kereta Jenazah Rata Pralaya Dikhususkan untuk PB XIII

Keraton Surakarta telah menyiapkan kereta khusus yang diberi nama Rata Pralaya untuk mengangkat jenazah SISKS Pakubuwono XIII Hangabehi. Kereta ini memegang makna khusus karena telah digunakan selama beberapa generasi untuk penghormatan terakhir raja-raja Keraton Surakarta.

Proses persiapan kereta ini sangat detail, dimulai dengan dibersihkannya secara menyeluruh sebelum digunakan. Rata Pralaya akan mengangkut jenazah ke tempat persemayaman yang telah ditentukan, di mana prosesi berlangsung dengan khidmat.

Sejarah Rata Pralaya dalam Tradisi Keraton Surakarta

Rata Pralaya bukanlah kereta biasa; ia memiliki sejarah panjang yang mengakar dalam tradisi Keraton Surakarta. Adik kandung Pakubuwono XIII, KGPH Puger, mengungkapkan bahwa kereta tersebut telah digunakan sejak masa Pakubuwono X untuk pengangkatan jenazah raja.

Kereta ini biasanya membawa jenazah dari keraton ke stasiun atau lokasi pemakaman. Tradisi ini mencerminkan rasa hormat yang tinggi terhadap para pemimpin kerajaan serta pentingnya menjaga warisan budaya yang telah berlangsung lama.

Kemunculan Rata Pralaya sebagai alat pengangkut jenazah menunjukkan betapa pentingnya aspek simbolis dalam proses pemakaman. Kereta ini tidak hanya berfungsi sebagai kendaraan tetapi juga sebagai lambang penghormatan dan kerinduan yang mendalam terhadap pemimpin yang telah tiada.

Pada masa Pakubuwono X, jenazah diangkut menuju Stasiun Balapan, sedangkan pada masa Pakubuwono XII, rutenya berlanjut ke Dalem Wuryaningratan. Hal ini menunjukkan variasi dan kedalaman tradisi penguburan raja-raja di Keraton Surakarta.

Proses Pengangkutan dan Penarikan Kereta

Kereta Rata Pralaya akan ditarik dengan dua kuda dalam jumlah genap, menunjukkan ritus yang diadakan dengan penuh perhatian. Jika tidak tersedia delapan kuda, maka jumlah yang digunakan bisa berkurang menjadi enam, tetapi tetap memastikan semua tetap sakral dan sesuai tradisi.

Momen ini sangat dialami oleh masyarakat di sekitar keraton, di mana mereka turut merasakan suasana haru dan penghormatan terhadap raja. Dengan penarikan kuda, ada kesan kehormatan dan penghormatan yang mendalam terhadap jenazah yang akan diangkat.

Selama perjalanan, kereta akan melintasi jalan-jalan yang menjadi saksi sejarah panjang Keraton Surakarta. Masyarakat akan berdiri di sepanjang jalan untuk memberi penghormatan, menunjukkan betapa besar pengaruh dan kasih sayang mereka terhadap sosok raja.

Saat ini, jenazah SISKS Pakubuwono XIII Hangabehi disemayamkan di Masjid Pujasana yang terletak di dalam kompleks keraton. Ada kesan sakral setiap kali umat berkumpul untuk memberikan doa dan penghormatan terakhir kepada raja.

Rencana Pemakaman di Pajimatan Imogiri

Rencananya, jenazah akan dimakamkan di Pajimatan Imogiri, Kabupaten Bantul, pada tanggal yang telah ditentukan. Proses pemakaman ini menjadi bagian penting dari siklus kehidupan dan kematian dalam tradisi keraton.

Sebelum berangkat ke peristirahatan terakhir, jenazah akan disemayamkan di Loji Gandrung. Ini adalah tahap yang sangat dihormati dan diharapkan semua berjalan lancar dalam setiap ritualnya.

Kehadiran keluarga dan kerabat akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam prosesi ini. GKR Wandansari, adik Pakubuwono XIII, menjelaskan bahwa setelah proses persemayaman di Loji Gandrung, jenazah akan dipindahkan ke mobil jenazah dan berangkat ke Imogiri.

Prosedur ini diharapkan dapat berjalan dengan khidmat dan teratur, memperlihatkan betapa pentingnya setiap langkah dalam menghormati mendiang. Dengan demikian, semua orang bisa merasakan kedekatan dengan raja yang telah memimpin dan menjaga Keraton Surakarta.

Related posts